Mudik menjadi momen yang istimewa bagi sebagian besar msyarakat Indonesia, meninggalkan tanah kelahiran untuk merantau mencari penghasilan di tanah rantau menjadi suatu hal yang lumrah di masyarakat Indonesia, sebagai negara yang memiliki populasi muslim terbesar di dunia maka tidak heran ketika hara raya idul fitri dijadikan momen penting untuk berkumpul bersama sanak saudara tercinta.
Ternyata tradisi mudik bukan menjadi hal lumrah di Indonesia saja beberapa negara di bawah inipun sudah tidak asing lagi dengan momen mudik yang dilakukan oleh masyarakatnya seperti yang dikutip dari laman travelingyuk.com, beberapa negara tersebut yaitu :
1. India
India adalah salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar
di dunia di bawah China. Negara ini juga memiliki perayaan lebaran yang
meriah walaupun kita ketahui bahwa populasi warga muslim di negara
tersebut termasuk golongan minoritas. Meski menjelang lebaran warga
muslim di India juga mengenal tradisi pulang kampung tetapi arus mudik
terbesar di negara ini tidak terjadi pada saat hari raya umat muslim.
Fenomena
mudik di India yang terbesar berlangsung setiap bulan Oktober atau
November. Saat itu sebagian besar warga India akan merayakan Festival of
Lights alias Diwali. Perayaan ini meriahnya sama dengan perayaan Idul
Fitri di negara-negara Islam. Warga India akan berbondong-bondong pergi
ke kampung halaman mereka. Pemandangan mudik di negara ini lebih heboh
dibanding di Indonesia. Transportasi umum seperti kereta api akan penuh
sesak hingga banyak warga yang bergelantungan di pintu, jendela hingga
di atap kereta.
2. Malaysia
Negara tetangga yang masih serumpun dan memiliki kebudayaan
yang serupa ini juga punya tradisi mudik menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Adalah Malaysia, negara di Asia Tenggara yang memiliki penduduk
mayoritas muslim ini memiliki perayaan lebaran yang meriah. Kemeriahan
tersebut tidak lepas dari anggota keluarga yang berkumpul setelah
bekerja di perantauan dalam waktu yang lama.
Yap,
tradisi mudik di Malaysia konsepnya sama dengan di Indonesia. Mereka
yang mudik adalah warga yang merantau ke kota untuk bekerja. Libur Idul
Fitri yang lumayan panjang dimanfaatkan untuk kembali ke kampung halaman
menjenguk keluarga dan merayakan Hari Raya bersama-sama. Bedanya
Malaysia tidak mengenal istilah mudik atau pulang kampung melainkan
Balik Kampung.
3. Arab Saudi
Tradisi mudik juga lakukan oleh warga muslim di Arab Saudi
menjelang Hari Raya Idul Fitri. Mengingat negara ini mayoritas
penduduknya adalah muslim dan di negara ini pula terdapat tempat ibadah
paling suci umat Islam maka tak heran tiap kali lebaran tiba perayaannya
akan sangat meriah sekali. Saat lebaran tiba biasanya masing-masing
daerah menggelar festival yang menampilkan pagelaran teater, pertunjukan
musik dan kesenian lainnya.
Tentu
setiap warga yang merantau tidak mau ketinggalan perayaan lebaran yang
meriah di daerahnya. Apalagi momen tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk
berkumpul dengan sanak famili. Dari sanalah kemudian muncul tradisi
mudik di Arab Saudi. Untuk anggota keluarga yang tinggal di rumah akan
mendekorasi rumahnya seindah mungkin dan menyiapkan aneka masakan khas
lebaran yang lezat guna menyambut anggota keluarga lain yang sedang
melakukan pulang kampung.
4. China
Jumlah penduduk China untuk sekarang mencapai lebih dari satu
miliar jiwa dan hanya sekitar 18 juta saja yang memeluk agama Islam.
Konsentrasi penduduk beragama Islam ini berada di Xinjiang dan Yunnan,
di dua kota tersebut setiap tahun diadakan perayaan lebaran yang sangat
meriah. Penduduk muslim ini pula mengenal tradisi mudik menjelang
lebaran meski hari libur pada hari besar umat Islam di China tidak
sepanjang di Indonesia.
Tradisi
mudik di China tidak hanya berlangsung saat lebaran saja. Malah pulang
kampung dengan arus yang paling padat terjadi pada saat perayaan tahun
baru China yang dikenal dengan nama Imlek. Perayaan Imlek di China jauh
lebih meriah dibanding Hari Raya Idul Fitri, Saat itu lah dimanfaatkan
banyak warganya untuk pulang ke kampung halaman untuk merayakannya
bersama keluarga.
5. Bangladesh
Merantau ke kota besar untuk bekerja dan memperbaiki nasib
juga terjadi di negara Bangladesh. Karenanya setiap menjelang perayaan
hari besar seperti Idul Fitri, warga yang merantau akan pulang ke
kampung halaman untuk merayakan lebaran bersama sanak keluarga. Kegiatan
ini menjadi agenda tahunan yang wajib dilakukan oleh para orang
perantauan di Bangladesh.
Hampir
sama dengan apa yang terjadi di Indonesia, beberapa hari menjelang
lebaran semua rute transportasi baik darat, laut dan udara akan dipenuhi
oleh pemudik. Kebetulan juga bahwa Bangladesh adalah negara yang
memiliki populasi muslim yang cukup besar sehingga saat Idul Fitri tiba
perayaan di berbagai wilayahnya akan terasa hidup.
6. Pakistan
Setali tiga uang dengan negara Bangladesh, Pakistan pun juga
punya tradisi mudik. Momen mudik di Pakistan juga sama dengan Bangladesh
ataupun Indonesia yaitu saat menjelang Hari Raya Idul Fitri. Arus mudik
bisa dilihat di jalur-jalur utama penghubung antar wilayah yang akan
penuh sesak oleh kendaraan pemudik serta angkutan umum yang hampir tidak
menyisakan ruang untuk bernafas.
Tingginya
arus mudik di Pakistan juga melibatkan pihak keamanan untuk mengamankan
jalannya kegiatan pulang kampung tersebut. Sejumlah personil polisi
juga disiagakan di beberapa ruas jalan yang rawan akan kemacetan untuk
melancarkan lalu lintas. Sedikit banyak gambaran mudik di negara ini
hampir sama dengan yang terjadi di Indonesia.
7. Turki
Negara terakhir yang memiliki tradisi mudik adalah Turki.
Negara yang pernah menjadi pusat pemerintahan kesultanan Islam terbesar
di dunia ini memiliki jumlah penduduk muslim yang besar. Sehingga Hari
Raya Idul Fitri di sana dirayakan sangat meriah dengan diawali salat Ied
berjamaah.
Idul
Fitri di Turki dikenal dengan istilah Bayram. Saat berjumpa dengan
sesama muslim selama lebaran mereka akan saling mengucapkan salam
“Bayraminiz Kutlu Olsun”, “Mutlu Bayramlar”, atau “Bayraminiz Mubarek
Olsun” dimana ketiganya memiliki arti yang hampir sama yaitu selamat
merayakan Hari Raya Bayram. Yang paling khas adalah momen sesaat sebelum
lebaran dimana sanak keluarga yang tinggal di perantauan akan pulang
kampung untuk berkumpul dan merayakan Idul Fitri bersama-sama.
Beberapa tahun belakangan dunia
sastra Indonesia akrab dengan sosok penulis bernama Tere Liye. Penulis
yang satu ini mampu menghipnotis masyarakat Indonesia melalui
tulisan-tulisannya. Biografi atau profil Tere Liye tidak terlalu banyak
diketahui.
Selama ini sosok Tere Liye cukup misterius. Kisah hidupnya tidak terlalu
banyak diekspos. Hal tersebut sepertinya memang sengaja dilakukan untuk
menjaga kehidupan pribadinya. Ia tidak gemar tampil di layar kaca dan
melakukan upaya eksistensi dengan membuat sensasi yang kerap dilakukan
oleh para publik figur lainnya. Sosoknya yang sederhana memukau banyak
orang.
Ia dikagumi oleh para pecinta novel karena gaya khasnya dalam
menyampaikan sebuah kisah sangat mudah dipahami dengan bahasa yang mudah
diterima. Meskipun dinobatkan sebagai penulis terkenal dengan buku-buku
yang best seller namun ia tidak memanfaatkannya untuk sekedar mencari
popularitas.
Kehidupan Tere Liye Sebelum Menjadi Penulis
Masa lalu Tere Liye tidak banyak diketahui. Namun, dar beberapa artikel
yang memuat tentang profil atau biografi Tere Liye yang berkaitan dengan
masa kecilnya diketahui bahwa ia adalah anak seorang petani. Ia lahir
pada 21 Mei 1979 di daerah pedalaman Sumatera Selatan.
Ia
adalah anak keenam dari tujuh bersaudara yang tumbuh dalam keluarga
sederhana. Kehidupan masa kecil yang dilalui dengan penuh kesederhanaan
membuatnya menjadi orang yang tetap sederhana pula hingga saat ini.
Sosoknya terlihat tidak banyak gaya dan tetap rendah hati dalam
menjalani kehidupan. Tere Liye mengenyam pendidikan dasar di SDN 2 Kikim
Timur, Sumatera Selatan.
Kemudian ia melanjutkan pendidikan ke SMPN 2 Kikim, Sumatera Selatan.
Setelah itu, pendidikan menengah atasnya dihabiskan di SMAN 9 Bandar Lampung.
Saat menempuh pendidikan tinggi, ia merantau ke tanah Jawa dengan
berkuliah salah satu universitas terbaik yaitu Universitas Indonesia dan
berkuliah di Fakultas Ekonomi. Riwayat pendidikannya mampu
menggambarkan sosok orang yang memiliki kecerdasan sehingga tidak heran
bila karya-karyanya menjadi begitu fenomenal.
Tentang kehidupan asmaranya juga tidak terlalu banyak diketahui. Namun,
saat ini ia telah menikah dengan seorang perempuan cantik bernama Riski
Amelia dan dikaruniai dua orang anak, yaitu seorang anak laki-laki yang
diberi nama Abdullah Pasai dan seorang anak perempuan bernama Faizah
Azkia.
Fakta yang tidak banyak diketahui oleh banyak orang adalah bahwa nama
Tere Liye bukanlah nama asli, melainkan hanya nama pena yang selalu
disematkan dalam setiap novelnya. Nama aslinya diketahui dengan
panggilan Darwis.
Saat ini ia diketahui bekerja sebagai karyawan kantoran dan berprofesi
sebagai akuntan. Dengan tampilan khas yang sering menggunakan kupluk dan
baju casual,Tere Liye mengatakan bahwa menulis baginya adalah hobi.
Nama Tere Liye berasal dari bahasa India yang berarti “untukmu”.
Biografi Tere Liye selain menjadi penulis ia juga diketahui menjalani
rutinitas sebagai pekerja kantoran dengan menjadi seorang akuntan.
Bahkan pekerjaan tersebut masih dilakukan hingga saat ini. Karya-Karya yang Dihasilkan Oleh Tere Liye
Novel novel Tere Liye
Hingga saat ini Tere Liye telah menghasilkan 21 karya yang keseluruhan
novelnya mendapat sambutan hangat dari masyarakat. bahkan beberapa novel
telah diangkat ke layar lebar dan menarik minat masyarakat Indonesia
untuk menontonnya. Berdasarkan Biografi Tere Liye, ada beberapa karya
novel yang telah diterbitkan.
Diantaranya Hafalan Shalat Delisa, Mimpi-Mimpi Si Patah Hati, Moga Bunda
Disayang Allah (2005), The Gogons Series: James & Incridible
Incodents, Rembulan Tenggelam di Wajahmu, Cintaku Antara Jakarta dan
Kualal Lumpur (2006), Sang Penandai (2007), Senja Bersama Rosie,
Bidadari-Bidadari Surga (2008), Burlian (2009), Pukat, Daun Yang Jatuh
Tak Pernah Membenci Angin (2010), Eliana, Serial Anak-Anak Mamak, Ayahku
(Bukan) Pembohong (2011), Bumi (2014) dan masih banyak yang lainnya.
Sosok yang tidak asing lagi di dunia pendidikan Indonesia dia adalah Anies Baswedan penggagas gerakan Indonesia Mengajar dan pernah menjabat sebagai menteri pendidikan pada era kepemimpinan presiden jokowi sebelum digantikan oleh Muhadjir
Effendy, dan namanya kembali mencuatsetalah mencalonkan diri sebagai gubernur DKI Jakarta dengan berpasangan bersama pengusaha sukses Sandiaga Uno. Biografi
Anies Baswedan lahir dengan dengan nama lengkap Anies
Rasyid Baswedan. Ia dilahirkan pada tanggal 7 Mei 1969 di Kuningan,
provinsi Jawa Barat. Saat ini ia merupakan Menteri Pendidikan Nasional.
Anis Baswedan merupakan anak pertama dari pasangan Drs. Rasyid Baswedan,
S.U. yang berkerja sebagai Dosen Fakultas Ekonomi di Universitas Islam
Indonesia dan Prof. Dr. Aliyah Rasyid, M.Pd. yang berkerja sebagai Guru
besar dan Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas
Negeri Yogyakarta), Anies Baswedan merupakan cucu dari Abdurrachman
Baswedan (AR Baswedan), beliau merupakan salah seorang pejuang
pergerakan nasional dan pernah menjadi Menteri Penerangan pada masa awal
kemerdekaan Indonesia.
Sejak kecil Anies Baswedan telah akrab dengan dunia organisasi dan
kepemimpinan. Ketika usianya baru 12 tahun, Anies membentuk kelompok
anak-anak muda (7-15 tahun) kampungnya yang diberi nama 'Kelabang' (Klub
Anak Berkembang), Mereka mengadakan berbagai kegiatan olahraga dan
kesenian. Anies Baswedan memulai pendidikan formalnya menjelang usia
lima tahun. Ia masuk ke sekolah TK Mesjid Syuhada di Kota Baru,
Yogyakarta. Kemudian, memasuki usia enam tahun Anies dimasukkan ke SD
Laboratori Yogyakarta. Anies melanjutkan masa SMP-nya di SMP Negeri 5
Yogyakarta.
Anies melanjutkan masa SMA-nya di SMAN 2 Yogyakarta. Ketika SMA, Anies
pernah menjadi ketua OSIS se-Indonesia ketika ia mengikuti pelatihan
kepemimpinan di Jakarta pada September 1985. Ia menjadi ketua untuk 300
delegasi SMA-SMA se-Indonesia. Saat itu Anies baru berada di kelas satu. Kuliah di UGM dan Menyelesaikan Pendidikan Doktor di Amerika Serikat
Anies Baswedan Muda
Anies menjalani masa SMA selama 4 tahun pada 1985-1989 karena terpilih
sebagai peserta dalam program AFS. Anies mengikuti program pertukaran
pelajar AFS Intercultural Programs, yang di Indonesia diselenggarakan
oleh Bina Antarbudaya, selama satu tahun di Milwaukee, Wisconsin,
Amerika Serikat (1987-1988).
Ia kemudian melanjutkan kuliahnya di Universitas Gajah Mada di Fakultas
Ekonomi. Semasa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) (1989-1995),
Anies Baswedan aktif di gerakan mahasiswa seperti di HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam) dan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM. Sewaktu
menjadi mahasiswa UGM, dia mendapatkan beasiswa Japan Airlines
Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di
Universitas Sophia di Tokyo, Jepang. Setelah lulus kuliah di UGM pada
1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM.
Kemudian, Anies mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master
Bidang International Security and Economic Policy di Universitas
Maryland, College Park. Sewaktu kuliah, dia dianugerahi William P. Cole
III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan
ASEAN Student Award.
Pada 2005, Anies menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen
Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois sehingga dapat
menyelesaikan disertasinya tentang "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di
Indonesia". Ketika berada di Amerika Serikat, Anies aktif di dunia
akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam
berbagai konferensi. Ia banyak menulis artikel mengenai desentralisasi,
demokrasi, dan politik Islam di Indonesia.
Artikel jurnalnya yang berjudul "Political Islam: Present and Future
Trajectory" dimuat di Asian Survey, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh
Universitas California. Sementara, artikel Indonesian Politics in 2007:
The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy diterbitkan
oleh BIES, Australian National University. Sepulang ke Indonesia, Anies
bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi
daerah di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta
(2006-2007). Selain itu pernah juga menjadi peneliti utama di Lembaga
Survei Indonesia (2005-2007).
Anies Baswedan Menjadi Rektor Universitas Paramadina
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan dilantik menjadi rektor Universitas
Paramadina. Anies menjadi rektor menggantikan posisi yang dulu ditempati
oleh cendekiawan dan intelektual Muslim,
Nurcholish Madjid, yang juga merupakan pendiri universitas tersebut.
Saat itu ia baru berusia 38 tahun dan menjadi rektor termuda di
Indonesia. Majalah Foreign Policy memasukan Anies dalam daftar 100
Intelektual Publik Dunia.
Pada 2008, Ia merintis Program Beasiswa di Universitas Paramadina
bernama Paramadina Fellowship. Program ini mengadopsi konsep yang biasa
digunakan di universitas-universitas di Amerika Utara dan Eropa dengan
menyematkan nama sponsor sebagai predikat penerima beasiswa. Jika
mahasiswa A mendapat beasiswa dari institusi B, yang memang menjadi
salah satu sponsor, di belakang nama mahasiswa dicantumkan nama sponsor,
menjadi A, Paramadina, Institusi B Fellow.
Prestasi dan Penghargaan Anies Baswedan
Nama Anies Baswedan tercantum sebagai satu-satunya orang Indonesia yang
masuk pada daftar yang dirilis majalah tersebut pada edisi April 2008.
Anies berada pada jajaran nama-nama tokoh dunia antara lain tokoh
perdamaian, Noam Chomsky, para penerima penghargaan Nobel, seperti
Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen, serta Vaclav
Havel, filsuf, negarawan, sastrawan, dan ikon demokrasi dari Ceko.
Sementara, World Economic Forum, berpusat di Davos, memilih Anies
sebagai salah satu Young Global Leaders (Februari 2009).
Majalah bulanan berbahasa Jepang itu menilai bahwa Anies adalah tokoh
yang merupakan salah satu calon pemimpin Indonesia masa mendatang. Pada
Pemilu 2009, Anies menjadi moderator dalam acara debat calon presiden
2009. Pada akhir 2009, Anies dipilih oleh Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono untuk menjadi anggota Tim-8 dalam kasus sangkaan pidana
terhadap pimpinan KPK yaitu Bibit dan Chandra. Anies, yang bukan
berlatar belakang hukum, dipilih menjadi Juru Bicara Tim-8.
Kemudian, pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari 20
tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi
majalah Foresight yang terbit di Jepang akhir April (2010). Dalam
edisikhusus yang berjudul “20 Orang 20 Tahun”, Majalah Foresight
menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan skan menjadi perhatian dunia.
Mereka akan berperan dalam perubahan dunia dua dekade mendatang.
Nama Anies disematkan bersama 19 tokoh dunia lain seperti Perdana
Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu
Inggris David Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian National
CongressIndia Rahul Gandhi, serta politisi muda Partai Republik dan
anggota House of Representative AS, Paul Ryan.
Penyampaiannya yang sistematis, tenang dan obyektif dianggap turut
membantu menjernihkan suasana dalam suhu politik yang agak memanas pada
masa itu (Tim-8 bekerja non-stop selama 2 minggu di bulan November
2009). Anies adalah seorang muslim moderat yang sampai saat ini tetap
konsisten pada pendiriannya untuk tidak memihak pada kekuatan (politik)
tertentu.
Memasuki tahun 2013, Anie Baswedan resmi terjun ke dunia politik setelah
lama bergelut di dunia pendidikan dan sosial. Ia kemudian menjadi
peserta konvensi capres dari partai demokrat. Namun tahun 2014, Anies
kemudian resmi bergabung dalam tim pemenangan Capres Jokowi - Jusuf
Kalla dimana posisinya ketika itu sebagai Juru Bicara dari pasangan
Capres dan Cawapres Jokowi -JK. Menjadi Menteri Pendidikan Republik Indonesia
Kemudian setelah Jokowi - Jusuf Kalla ditetapkan sebagai presiden dan
wakil presiden Indonesia tahun 2014, Jokowi kemudian menunjuk Anies
Baswedan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Ketika memimpin
kementrian pendidikan, Anies Baswedan kemudian merombak organisasi di
lingkup kementrian pendidikan seperti Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi dipisahkan, dan digabung dengan Kementerian Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi.
Selain itu ia juga melakukan Pembenahan pada seleksi terbuka kemendikbud
kemudian melakukan distribusi Kartu Indonesia Pintar (KIP), membuat
program sekolah aman serta mengimbau para orangtua mengantar anaknya
sekolah pada tahun ajaran baru. Anies juga menerapkan kurikulum
pendidikan terbaru serta menyebarkan guru berkualitas di agar merata di
semua wilayah serta melakukan hingga reformasi ujian nasional.
Banyak prestasi yang dibuat oleh Anies Baswedan ketika menjabat sebagai
Menteri Pendidikan di era pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla, Anie
Baswedan menjabat sebagai menteri pendidikan dari tahun 2014 hingga
pertengahan tahun 2016. Setelah itu ia kemudian digantikan oleh Muhadjir
Effendy.
Penulis : Intan Silvi Nurlaila Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP Siliwangi Bandung
Aku mengenal
dirinya berawal dari sekedar kata hai, semakin dekat saat kita
memutuskan untuk berjalan meski tanpa adanya satu ikatan. Kala itu tepatnya bulan ramadhan semua cerita kita terjalin. kuhabiskan
sisa waktuku bersamanya setiap hari, karena pada saat itu aku harus
pergi kepersinggahan sebenarnya untukku.
Satu bulan berlalu jarak dan waktu telah memisahkan cerita serta kisah
yang kita rancang yang berharap menjadi akhir yang bahagia. Namun
ternyata tuhan selalu berkata lain tiga bulan aku meninggalkan tempat
untuk aku menuntut ilmu semuanya semakin jauh berbeda, dia yang aku
kenal dulu kian jarang muncul di notifikasi handphone ku.
Aku semakin asing mendengar dia mengucap meski hanya sebatas kata hai,
kemana? Mengapa? Entahlah, terlalu banyak pertanyaan yang tebenam dalam
hati yang kian mengkrucut kian menyempit atas segala luka yang telah dia
perlakukan.
Menunggunya ibarat aku harus bermalam di padang pasir dan menunggu hujan datang sangat mustahil.
Berbulan-bulan dia menghilang tanpa kabar tanpa bicara sepatah katapun
untuk hati yang terlanjut terjerat karenanya. Aku paham mungkin hatinya
masih enggan menetap dengan utuh kepada satu hati, dia masih bertualang
untuk menemukan yang dia inginkan tapi satu dan percaya bahwa aku disini
seperti menunggunya dan melihat apa yang dia temukan yang telah sekian
lama menghilang dari kisah yang telah menjadi usang.
Tanpa ada angin yang mengiring, tuhan seperti menjawab segala ratapan
yang aku tujukan padanya, dia mengabariku dan dia kembali, entahlah
hanya dengan kata 'hai' aku seperti terbuai kembalk akan itu.
Dia seperti menyesalkan apa yang telah dia perbuat, dia memohon tanpa
sadar atas luka yang ku dapat. Bodoh sekali aku dulu menerima wajah
memelasnya hingga sadar tuhan tidak menunjukan bahwa dia yang terbaik!
Ya kembali lagi terulang kesalahan yang sama dia menghilang tanpa alasa
tanpa ucapan atau sekedar selamat tinggal!!
Aku semakin enggan lagi meratap kepada tuhan untuk dia kembali, aku
mengerti mungkin keindahan yang tuhan rencanakan bukan tertuju
dengannya. Percayaku tuhan selalu ada dalam langkahku dan menjajikan
pelangi yang aku nanti atas segala luka serta kelam yang aku dapati.