Penulis : Intan Silvi Nurlaila
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP Siliwangi Bandung
Satu bulan berlalu jarak dan waktu telah memisahkan cerita serta kisah yang kita rancang yang berharap menjadi akhir yang bahagia. Namun ternyata tuhan selalu berkata lain tiga bulan aku meninggalkan tempat untuk aku menuntut ilmu semuanya semakin jauh berbeda, dia yang aku kenal dulu kian jarang muncul di notifikasi handphone ku.
Aku semakin asing mendengar dia mengucap meski hanya sebatas kata hai, kemana? Mengapa? Entahlah, terlalu banyak pertanyaan yang tebenam dalam hati yang kian mengkrucut kian menyempit atas segala luka yang telah dia perlakukan.
Menunggunya ibarat aku harus bermalam di padang pasir dan menunggu hujan datang sangat mustahil.
Berbulan-bulan dia menghilang tanpa kabar tanpa bicara sepatah katapun untuk hati yang terlanjut terjerat karenanya. Aku paham mungkin hatinya masih enggan menetap dengan utuh kepada satu hati, dia masih bertualang untuk menemukan yang dia inginkan tapi satu dan percaya bahwa aku disini seperti menunggunya dan melihat apa yang dia temukan yang telah sekian lama menghilang dari kisah yang telah menjadi usang.
Tanpa ada angin yang mengiring, tuhan seperti menjawab segala ratapan yang aku tujukan padanya, dia mengabariku dan dia kembali, entahlah hanya dengan kata 'hai' aku seperti terbuai kembalk akan itu.
Dia seperti menyesalkan apa yang telah dia perbuat, dia memohon tanpa sadar atas luka yang ku dapat. Bodoh sekali aku dulu menerima wajah memelasnya hingga sadar tuhan tidak menunjukan bahwa dia yang terbaik! Ya kembali lagi terulang kesalahan yang sama dia menghilang tanpa alasa tanpa ucapan atau sekedar selamat tinggal!!
Aku semakin enggan lagi meratap kepada tuhan untuk dia kembali, aku mengerti mungkin keindahan yang tuhan rencanakan bukan tertuju dengannya. Percayaku tuhan selalu ada dalam langkahku dan menjajikan pelangi yang aku nanti atas segala luka serta kelam yang aku dapati.
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
STKIP Siliwangi Bandung
Aku mengenal
dirinya berawal dari sekedar kata hai, semakin dekat saat kita
memutuskan untuk berjalan meski tanpa adanya satu ikatan. Kala itu tepatnya bulan ramadhan semua cerita kita terjalin. kuhabiskan
sisa waktuku bersamanya setiap hari, karena pada saat itu aku harus
pergi kepersinggahan sebenarnya untukku.
Satu bulan berlalu jarak dan waktu telah memisahkan cerita serta kisah yang kita rancang yang berharap menjadi akhir yang bahagia. Namun ternyata tuhan selalu berkata lain tiga bulan aku meninggalkan tempat untuk aku menuntut ilmu semuanya semakin jauh berbeda, dia yang aku kenal dulu kian jarang muncul di notifikasi handphone ku.
Aku semakin asing mendengar dia mengucap meski hanya sebatas kata hai, kemana? Mengapa? Entahlah, terlalu banyak pertanyaan yang tebenam dalam hati yang kian mengkrucut kian menyempit atas segala luka yang telah dia perlakukan.
Menunggunya ibarat aku harus bermalam di padang pasir dan menunggu hujan datang sangat mustahil.
Berbulan-bulan dia menghilang tanpa kabar tanpa bicara sepatah katapun untuk hati yang terlanjut terjerat karenanya. Aku paham mungkin hatinya masih enggan menetap dengan utuh kepada satu hati, dia masih bertualang untuk menemukan yang dia inginkan tapi satu dan percaya bahwa aku disini seperti menunggunya dan melihat apa yang dia temukan yang telah sekian lama menghilang dari kisah yang telah menjadi usang.
Tanpa ada angin yang mengiring, tuhan seperti menjawab segala ratapan yang aku tujukan padanya, dia mengabariku dan dia kembali, entahlah hanya dengan kata 'hai' aku seperti terbuai kembalk akan itu.
Dia seperti menyesalkan apa yang telah dia perbuat, dia memohon tanpa sadar atas luka yang ku dapat. Bodoh sekali aku dulu menerima wajah memelasnya hingga sadar tuhan tidak menunjukan bahwa dia yang terbaik! Ya kembali lagi terulang kesalahan yang sama dia menghilang tanpa alasa tanpa ucapan atau sekedar selamat tinggal!!
Aku semakin enggan lagi meratap kepada tuhan untuk dia kembali, aku mengerti mungkin keindahan yang tuhan rencanakan bukan tertuju dengannya. Percayaku tuhan selalu ada dalam langkahku dan menjajikan pelangi yang aku nanti atas segala luka serta kelam yang aku dapati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar