Ilustrasi orang tua | sumber |
Angka tersebut setara dengan 8,5 persen dari jumlah seluruh penduduk planet ini. Namun demikian, sebelum tahun 2050, jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 1,6 miliar orang—setara dengan hampir 17% penduduk dunia saat itu.
Di seluruh dunia, angka harapan hidup meningkat dari 68,6 tahun (2015) menjadi 76,2 tahun (2050). Secara rata-rata, penduduk dengan usia di atas 80 tahun diperkirakan akan naik 3 kali lipat, dari 126,5 juta orang menjadi 446,6 juta orang di seluruh dunia. Tapi kenaikan di Asia dan Afrika bisa sekitar 4 kali lipat.
Dalam terbitan pers laporan oleh U.S. National Institute on Aging (NIA) yang dilaksanakan oleh U.S. Census Bureau, Dr. Richard Hodes mengatakan, “Orang berusia lanjut menjadi proporsi penduduk yang paling cepat berkembang di antara populasi dunia.”
Lanjut direktur NIA tersebut, “Orang hidup semakin lanjut, tapi tidak serta merta berarti mereka lebih sehat. Penambahan populasi usia lanjut membawa banyak kesempatan namun juga sejumlah tantangan kesehatan masyarakat yang perlu kita persiapkan.”
“NIA menjadi rekanan dengan Census Bureau untuk menyediakan data sebaik mungkin supaya kita bisa mengerti dengan lebih baik tentang arah dan dampak penuaan populasi.”
Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa penyakit bukan-infeksi menjadi kekhawatiran utama kaum lanjut usia di seluruh dunia. Tapi penyakit menular juga masih menjadi ancaman pada kaum lanjut usia di negara berpendapatan rendah, misalnya pada banyak negara di Afrika.
John Haaga, direktur pelaksana pada divisi penelitian perilaku dan sosial NIA mengatakan di bagian lain laporan tersebut, “Kita menyaksikan penuaan populasi di setiap negara, di seluruh bagian dunia.”
Haaga melanjutkan, “Banyak negara di Eropa dan Asia lebih di depan dalam proses ini, atau bergerak lebih cepat, daripada di AS.”
Ia menjelaskan bahwa penuaan populasi berdampak pada begitu banyak aspek dalam kehidupan, misalnya kebutuhan perawatan akut dan jangka panjang, pensiun, pekerjaan, pengangkutan, dan tempat tinggal.”
“Ada banyak potensi untuk saling belajar dari pengalaman masing-masing.”
Laporan itu menjelaskan bahwa penggunaan tembakau dan alkohol, kurangnya buah-buahan dan sayur mayor, dan kurangnya kegiatan menjadi bagian dari faktor risiko kesehatan di seluruh dunia.
Para pakar mengamati sejumlah perubahan beberapa faktor risiko, misalnya penurunan angka merokok di beberapa negara berpenghasilan tinggi. Kata para penulis laporan tersebut, kebanyakan para perokok dunia sekarang ada di negara-negara berpenghasilan menengah dan rendah.
Sumber : health.liputan6.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar